Saturday, April 1, 2017

Perbandingan Keutamaan Sholat Berjamaah dengan Sholat Sendiri

Sholat berjamaah sangatlah penting, kita harus mengetahui tata cara melaksanakan sholat berjamaah. 


Adapun Praktik Shalat wajib berjamaah adalah sebagai berikut.

1. Shalat berjamaah diawali dengan adzan dan iqomah, tetapi kalau tidak memungkinkan cukup dengan iqomah saja.
2. Barisan Shalat ( Shaf) di belakang imam diisi oleh jamaah laki-laki, sementara jamaah perempuan berada di belakangnya.
3. Di dalam melaksanakan Shalat berjamaah seorang imam membaca bacaan Shalat ada yang nyaring (jahr) dan ada yang dilirihkan (sir). Bacaan yang dinyaringkan adalah:
a. Bacaan takbiratul ikhram, takbir intiqol, tasm’, dan salam;
b. Bacaan al-Fatihah dan ayat-ayat al-Qur'an pada dua rakaat pertama Shalat Magrib, Isya, dan Subuh. Begitu juga dengan Shalat Jum'at, gerhana, istisqo, ’idain (dua hari raya), Tarawih dan Witir;
c. Bacaan amin bagi imam dan makmum setelah imam selesai membaca al-Fatihah yang dinyaringkan.
4. Makmum harus mengikuti gerakan imam dan tidak boleh mendahului gerakan imam;
5. Setelah salam, imam membaca dzikir dan doa bersama-sama dengan makmum atau membacanya sendiri-sendiri.

Ganjaran Sholat Berjamaah

Perbandingan pahala antara Shalat sendirian dan dengan Shalat berjamaah, 

yaitu satu berbanding 27 derajat. Hal ini karena Shalat berjamaah memiliki keutamaan, yaitu:
1. menjalin silaturahmi antarsesama;
2. mengajarkan hidup disiplin, saling mencintai, dan menghargai;
3. menjaga persatuan, kesatuan, dan kebersamaan;
4. menahan dari kemauan sendiri (egois);
5. mengajarkan kepatuhan seorang muslim kepada pimpinannya.

Sikap kecintaan kepada Shalat berjamaah dapat diwujudkan melalui perilaku sebagai berikut.

1. Ketika masuk waktu Shalat segera menuju ke masjid dan mengumandangkan atau mendengarkan adzan.
2. Ketika mendengar adzan segera menuju masjid.
3. Mengajak teman-temannya untuk Shalat berjamaah.
4. Suka menjalin tali silaturahmi antara sesama di masjid.
5. Senang mendatangi majelis taklim untuk menuntut ilmu agama.
6. Tidak suka membeda-bedakan status sosial seseorang, karena kedudukannya sama di hadapan Allah Swt.
7. Bersikap demokratis, taat kepada pimpinan selama tidak melakukan kesalahan. Apabila pimpinan salah kita wajib mengingatkan ke jalan yang benar, temasuk di dalam taat kepada kedua orang tua dan guru.
8. Menjaga persatuan, kesatuan, dan bersikap demokratis.

Kisah Sufi Yang Lupa Shalat Berjamaah

Ada seorang ulama besar bernama Ubaidillah al-Qawariri. Ia adalah ahli hadis dan guru perawi hadis terkenal Bukhari dan Muslim. Selepas Shalat Magrib, ada tamu berkunjung ke rumahnya. Ia pun menerima tamu tersebut dengan penuh hormat. Saking hormatnya kepada tamu, ia pun harus tertinggal Shalat Isya. Setelah tamunya pulang, ia segera pergi ke masjid. Ternyata, di masjid sudah tidak ada jamaah. Akhirnya ia mengajak orang-orang di sekitarnya untuk melaksanakan Shalat Isya berjamaah. Akan tetapi, seluruh masyarakat di sekitar masjid sudah melaksanakan Shalat Isya berjamaah di masjid. 

Kisah Hikmah Sholat Berjamaah


Dengan hati resah, ia menyesal telah kehilangan kesempatan mendapatkan pahala 27 derajat. Untuk menebus kelalaian dan menentramkan hatinya, Ubaidillah melakukan Shalat Isya sebanyak 27 kali. Usai Shalat, ia pun beranjak tidur. Di dalam tidurnya, Ubaidillah bermimpi sedang berkuda di belakang serombongan penunggang kuda yang gagah perkasa. Derap kuda-kuda mereka begitu cepatnya sehingga Ubaidillah dan kudanya tertinggal di barisan paling belakang.

Salah seorang penunggang kuda menoleh ke Ubaidillah dan berseru, “Wahai Ubaidillah, jangan engkau susahkan kudamu itu dengan menyuruhnya berlari lebih cepat lagi. Bagaimana pun tak akan dapat menyusul kami.” “Mengapa begitu? Kenapa aku tak mungkin menyusul kalian?” tanya Ubaidillah keheranan. “Karena kami Shalat Isya berjamaah, sedangkan engkau Shalat sendirian.” Jawab seorang penunggang kuda. Ubaidillah Al-Qowariri terbangun dan beristighfar. Mimpi itu rupanya telah memberinya gambaran bahwa meski dia telah melakukan 27 kali Shalat Isya, hal itu tetap tak dapat disamakan dan dibandingkan dengan 27 kali lipat pahala kebaikan Shalat berjamaah. Maka dengan sedih Ubaidillah menyesali kelalaiannya meninggalkan Shalat berjamaah hanya demi melakukan aktivitas yang bisa ditundanya sejenak, yaitu melayani tamu. Dan sejak itu, Ubaidillah bertekad untuk tidak pernah lagi ketinggalan Shalat berjamaah. Kebaikan Shalat berjamaah tak tergantikan dengan mengulangi Shalat hingga 27 kali.

No comments:

Post a Comment